Gresik itu kota pelabuhan terkenal zaman kolonial Belanda, berbatasan dengan Kota Surabaya. Kini Gresik identik pabrik-pabrik besar. Dan kalau sudah menyangkut pabrik besar, di pikiran ini cuma ada polusi dan polusi saja.
Padahal kota ini memiliki banyak hal yang bisa dibanggakan. Di samping pantai-pantai indah, juga berbagai peninggalan budaya yang unik dan kas.
Kali ini saya akan cerita soal Kampung Kemasan, Gresik yang lokasinya hanya 4 km dari kota pusat kota.
Kampung ini sebagaimana kampung lain di Gresik dengan jalan yang tidak lebar, sekitar 6 meteran, mungkin, jarak antara satu rumah dengan rumah di depannya. Berkunjung ke kampung ini saya seakan hidup di zaman kolonial Belanda. Rumah-rumah bergaya Eropa ada di mana-mana. Saya menyempatkan diri untuk menghitung berapa jumlah rumah-rumah yang masih bergaya kolonial di sini. Ternyata 21 unit. Cukup fantastislah jumlahnya. Rumah-rumah jadul itu toh berasal dari beberapa abad silam dan sampai sekarang kok ya masih utuh. Rumah saya saja baru 10 tahun sudah dimakan jutaan rayap di sana-sini. hehehe...
![]() |
pintu salah satu rumah di kampung kemasan Gresik |
Kini Kemasan mulai dikenal mulai sejarawan, arsitek, seniman, fotografer . Mereka tertarik,
tidak hanya bentuk bangunan-bangunannya yang eksotik, tetapi, lebih dari itu,
nilai historisnya.
Jadi, kalau lagi mengunjungi Kampung Kemasan, mungkin Anda
juga akan bertemu dengan sekelompok fotografer, mahasiswa, atau tamu lain yang
jalan-jalan, ngobrol dengan warga, atau mengambil gambar. Tidak hanya
dikunjungi wisatawan lokal, Kampung Kemasan akhir-akhir ini juga dikunjungi
banyak oleh orang asing.
Semula, saya, dan mungkin juga Anda, akan berpikir bahwa gedung-gedung megah tersebut dulunya merupakan rumah orang-orang Belanda selama masa penjajahan. Namun pada kenyataannya, tidak. Sebagian besar rumah tua itu, di masa lalu dimiliki oleh orang-orang Gresik asli.
Tapi tidak semua rumah memiliki gaya kolonial Belanda murni. Justru, rumah dengan campuran gaya kolonial Belanda dan Cina dominan di
sini. pengaruh kolonial Belanda muncul di pintu, jendela lebar dan tinggi,
pilar-pilar megah. pengaruh Cina tampak jelas karena rumah adalah warna dominan
merah, baik di pagar, pintu, dan ornamen gaya kuno.
![]() |
warga kampung kemasan welcome terhadap wisatawan |
Keluarga Kemasan
Rumah campuran gaya kolonial dan Cina tersebut dimiliki
oleh sebuah dinasti keluarga, yang dikenal dengan sebutan “Keluarga Kemasan”.
Awal abad ke-20 merupakan puncak popularitas keluarga ini.
Istilah " Keluarga Kemasan" mengacu pada H.
Oemar Akhmad, seorang pedagang sukses yang memiliki usaha perkulitan dan sarang
burung wallet pada pergantian abad ke-19 - 20. H. Oemar Akhmad memiliki lima putra
yang kemudian mewarisi bisnis tersebut dan mereka lantas mendirikan pabrik
kulit baru yang kemudian sangat terkenal. Kelima saudara kandung tersebut adalah:
Asnar, H. Djaelan, H. Achmad Djaenoeddin, H. Moeksin, dan H. Abdul Gaffar.
![]() |
kampung kemasan gresk pada siang hari cukup sepi |
Menurut kawan saya pecinta budaya dari Gresik Made Wiryabawa,
usaha Keluarga Kemasan dulu sangat populer sampai ke kota-kota besar seperti,
Semarang, Surabaya dan Batavia, bahkan negara Jepang. "Itu sebabnya, di
era kolonial, jika Anda ingin berhubungan dengan surat kepada keluarga ini,
cukup hanya menuliskan nama keluarga ini dan kota Grissee atau Gresik di kartu
pos atau amplop. Kantor pos tahu," kata Wiryabawa.
Memang benar. Arsip-arsip yang sampai kini masih dimiliki oleh Keluarga Kemasan membuktikan bahwa hanya dengan menyebutkan nama H. Oemar Akhmad atau anak-anaknya, dan kota Grissee atau Gresik, surat tersebut sudah sampai di keluarga ini.
Saya akan cerita soal arsip keluarga Kemasan pada posting saya yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar